Minggu, Februari 24, 2008

Suatu saat dalam perjalanan hidupku

MAAFKAN AKU...

Maafkan aku ya Allah
Karena aku telah menyerah
Telah hilang semangatku
Telah habis tenagaku
Telah lemah tubuhku

Kini aku tak tahu arah
Kemana aku harus melangkah
Tak terasa bumi tempat aku berpijak
Tak terlihat cahaya tempat aku menuju
Aku melayang-layang tak menentu

Aku mengikuti ayunan tubuhku
Kemanapun ia akan membawaku
Secercah harapan dilubuk hatiku
Tak mampu untuk menahannya
Maafkan aku ya Allah

Karena aku telah menyerah...

29 Juni 2002

RISN

Jumat, Februari 22, 2008

IKHLASKU BUTUH WAKTU DAN BIAYA.. ;)

Berapa tahun lalu aku kehilangan mobil. Kebayang dong rasanya.. Yang sudah pasti adalah marraahh.. gerraamm.. sama si maling2 itu. Lalu menyusul rasa-rasa lainnya. Mulai deh.. panik, bingung, nyesel dan makin maarraahh.. Kedepan akan seperti apa? Gimana caranya nganter 3 anak sekolah dan mengurus berbagai hal lainnya... Pikiran jadi kusut banget dan lagi-lagi pengen marraahhh...

Saking marahnya dan juga berharap mobil bisa kembali, maka diambil deh jalan pintas, ajakan bu RT untuk pergi ke mbah dukun aku ikuti.. hehe.. Suruhan si mbah pun dengan senang hati aku jalanin. Panasin botol berisi cairan cabe sehari 3x dengan niat-niatyang penuh amarah tea.. terbayang di pelupuk mata mereka akan merasakan panasss.. :) terus tahap kedua disuruh bakar semacam kemenyan yang disimpan di botol kecil bergambar tengkorak.., serem sih sebetulnya, banget banget. Tapi berhubung otak lagi ga beres dan dipenuhi rasa marah kesel nyesel.. maka niat penuh amarahpun teteeepp diucapkan sebelum membakar itu sejenis kemenyan :)

Tiga bulan berlalu.. biaya untuk mbah dukun habis sejuta rupiah, tapi batanghidung mobil tetep tak nampak.. Lama-lama pegel dan capek juga gw marah terus.. maka amarah pun mulai reda, ditambah mungkin aku sudah mulai bisa menyesuaikan diri dan mengatur waktu dan tata cara bepergian tanpa mobil. Maka akhirnya baru deh gw nyadar kalau kelakuan gw dodol banget.. haha.. Betapa ekspresi dodol bin kejam keluar lewat niat-niat semoga ini dan itu..terhadap si maling supaya mobil gw balik. Gile dah.. pokoknya..

Akhirnya gw buang semua tuh peralatan sihir dari mbah dukun. Biarpun katanya doi punya pesantren dan mengurus sejumlah anak yatim, dan paket sejuta itu untuk biaya itu semua serta untuk yang menjalankan doa kepada Yang Maha Kuasa. Baru belakangan aku bisa mikir secara waras dan penuh kesadaran kalau itu semua gak sinkron banget sama keyakinan sekalipun doanya itu ditujukan kepadaNya.

Hati udah ikhlas. Mungkin itu sebabnya. Sungguh aku sudah rela dan ikhlas terhadap mobilku yang hilang. Mau diapain kek sama para maling. Ikhlaass.. no hard feeling okay? hehe.. dan akupun memohon ampunanNya atas kemusrikanku selama ini.

Enam bulan berlalu. Tiba-tiba seorang polisi datang dan mengabari bahwa mobilku ditemukan.. horee.. lAlhamdulillaaahhh... Aku langsung merenung.. betapa nikmatnya rasa ikhlas itu, luar biasa.. Selain no hard feeling, ngga ada beban dan rasa sesak di dada, semua rasanya plong.. eh ada bonusnya pula.. Hmm.. Pasti lah Tuhan tahu kalau aku ikhlas beneran bukan cuma pura-pura ikhlas ;)..

Dan tidak lama kemudian bu RT yang ngajak aku ke mbah dukun itu datang seraya berkata : "Tuh kaann ketemu juga akhirnya.." hehe.. bu RT ketinggalan jaman nih.. ;) Memang sih aku gak pernah cerita kalau sebetulnya sudah sejak 3 bulan lalu peralatan sihir mbah dukunnya itu aku buang semua karena aku sudah ikhlas se ikhlas-ikhlasnya :)

RISN

Selasa, Februari 19, 2008

BANTUAN PARANORMAL

Salah niat malah intervensi terhadap program Nya?

Ada yang pernah berhubungan dengan parnom alias paranormal ? Aku pernah, malah sering. Gimana ngga, wong si parnom itu ada hadir di lingkungan terdekat ku kok. Mau ga mau, suka ga suka, setuju or not cerita seputar parnom sudah menjadi sesuatu yang sangat akrab di telinga, sekaligus sangat menarik perhatianku. Walaupun akrab, tapi tidak berarti bahwa ‘everything is doing fine”. Ada pertanyaan yang terus menerus menggelitik berkenaan dengan si parnom ini. Boleh ga sih kita minta tolong sama si parnom ? Minta tolong sembuhin penyakit, minta tolong ‘cariin’ barang ilang, minta tolong supaya usaha maju, minta tolong supaya suami lengket, bahkan minta tolong supaya cepet kaya. Hmm… kalau udah minta tolong kaya gitu berarti kita percaya bahwa sang parnom memang punya kemampuan untuk itu.

Pertanyaan ini sudah pasti menjadi pertanyaan banyak orang. Biasanya jawabannya pun tidak pernah seragam, ada yang pro, ada yang kontra dan ada yang cari aman. Yang kontra akan dengan tegas bilang “Tidak boleh !! karena itu berarti musyrik; menduakan Tuhan. Berusahalah sambil berdoa langsung kepada Yang Maha Kuasa”. Yang kedua, jawaban yang ‘aman’ karena berada di tengah-tengah. “Boleh aja kalee, namanya juga ikhtiar. Selama kita tetap berdoa kepada Tuhan, bantuan parnom itu kan cuma media, sama halnya seperti kita minta bantuan dokter atau ahli. Yang penting jangan sampai menjadi ‘parnomcholic’, maksudnya ketergantungan terhadap parnom :). Yang ketiga, yang pro. Menurut mereka, namanya juga ikhtiar dan kelompok ini tidak pernah pusing-pusing mempertanyakan masalah kemusyrikan. Tanpa disadari, mereka nih ahirnya tergolong pada orang-orang yang… dikit-dikit ke dukun, dikit ke dukun.. hehe... Bisulan pun bisa jadi larinya mbah dukun :).

So… dimanakah kita berada ? Nah pilih deh tuh jawaban yang paling cucok (kalau ada). Tapi cerita blom tamat nih..

Pan udah dibilang diatas bahwa pertanyaannya terus menerus menggelitik hatiku, tapi blom ada jawaban yang sreg. Kalau dikatakan tidak boleh minta tolong si parnom, kenapa kok mereka itu diberi kemampuan seperti itu? tapi kalau kemampuannya diamalkan untuk tujuan menolong sesama, katanya musyrik. Jadi bingung kan? So, sebetulnya siapa sih yang memberi kemampuan pada si parnom itu sehingga seolah-olah doanya lebih terkabul ? Apakah Tuhan yang ‘turun tangan’ langsung ? Kalau iya, kenapa juga Dia ga langsung menjawab permohonan or doa kita-kita, kenapa diskrimanatif gitu, kalau parnom dikabulkan kalau kita blom tentu :(. Lalu kalau itu bukan Tuhan, siapa dong 'the actor behind the scene’ nya ? Adakah itu makhluk gaib lainnya ? sehingga orang menilai itu sebagai musrik ? lalu makhluk gaib macam mana pulakah doi ? tapi katanya para parnom itu juga tetap memohon dan berdoa kepada Allah.. Ih pusing ga sih mbolak mbalik nanya kaya gitu ? dan sebetulnya ini pertanyaan ditujukan pada sapa yaa ?? ga jelass.. hehe..

Ahirnya.. suatu hari, saat aku lagi bosen-bosennya nunggu disebuah RS ahirnya beli deh satu majalah kecil bernuansa Islam yang isinya membahas masalah-masalah sufi. Ada satu artikel dari seorang mubaligh dan pengamat persufian yang membahas masalah bantuan seorang sufi. Pada intinya ia mengatakan hal kira-kira seperti ini. Ketika seorang ahli sufi menolong seseorang mungkin niatnya dalam hati adalah untuk membantu melepaskan orang tersebut dari beban penderitaannya. Bisa jadi karena ia tidak tega dan merasa kasihan kepadanya. Karena apapun bentuk penderitaan itu;, mungkin terserang penyakit, mungkin kehilangan sesuatu, mungkin kesusahan, dsb. dsb., yang pasti orang tersebut pada saat itu merasa menderita. Kita pun berpikir bahwa niat membantu itu sudah baik dan benar karena menunjukkan rasa kasih sayang terhadap sesama. Jadi apa masalahnya? bukan kah itu bagus?

Mungkin kita tidak pernah menyadari bahwa kita selalu menyamakan sudut pandang manusia dengan Nya. Kasih sayang disinipun dilihat dari sudut pandang manusia. Arti rasa kasih sayang pun ditakar dengan takaran manusia. Padahal Allah itu Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. MAHA gitu loh.. nahh..ngerti kan artinya maha ? Berarti kan kasih sayangnya itu super duper... jauuuh melebihi kasih sayang manusia or makhluk apapun di jagat raya ini, tanpa batas tanpa perbedaan. Lalu ketika Tuhan menguji (membiarkan) umatnya dengan berbagai cobaan yang menimbulkan rasa susah dan derita, apakah itu bisa diartikan Tuhan tidak menyayangi mereka? sehingga, seorang parnom merasa perlu membantu seseorang melepaskan diri dari 'rasa derita' nya karena kasihanm; karena kasih sayangnya? Yakin nih kalo perbuatannya sudah pasti benar ??

Nah bingung ga, kalau ditanya gitu sama ahli sufi ? Padahal tadi kayaknya udah PD tuh. Rasanya gak ada yang salah dengan menolong orang lain, tapi tiba-tiba kok dipertanyakan lagi kebenarannya, “pertanyaan yang aneh”… Tapi apa iya aneh ? Kayanya masih bisa kok dipahami dengan alur logika manusia. Mungkin bisa disetarakan dengan kasus berikut… Seorang ibu merasa kasihan dan tidak tega melihat anaknya yang masih SD ‘menderita’ karena harus bekerja keras menyelesaikan tugas prakaryanya. Ahirnya ia pun merasa perlu untuk turun tangan setiap kali anaknya mengerjakan tugas. Padahal menurut seorang ahli sebetulnya ‘penderitaan’ sang anak itu akan mendidik dan mengajarkan banyak hal. Ia belajar untuk bertanggung jawab, belajar membuat sesuatu, belajar mandiri, dsb. yang pada intinya ‘penderitaan’ itu sebetulnya akan membawa kebaikan bagi si anak. Setiap usaha untuk selalu melepaskan anak dari ‘penderitaan’ itu berarti menghilangkan ‘kebaikan’ yaitu kesempatan anak untuk berkembang. Jadi, dalam hal ini membiarkan anak ‘menderita’ adalah lebih baik daripada membantunya. Gitu kurang lebih perumpamaannya kali ye?

Kembali kepada masalah yang MAHA tadi maka so pasti lah Dia itu adalah Sang Ahli. Yang Maha mengetahui apa yang terbaik bagi umatnya. Jangan-jangan penderitaan yang sedang dialami seseorang tersebut sebetulnya adalah ‘program’ yang sudah dirancang olehNYa dan merupakan takdir yang harus dijalaninya. Bukankah telah dikatakan bahwa Allah akan selalu menguji umatnya dengan berbagai cobaan. Pastilah ada maksud-maksud tertentu dibalik semua itu yang akan membawa kepada kebaikan. Dalam artikelnya ini dikatakan bahwa ada tiga fungsi dari suatu musibah/kesulitan yaitu : 1. Sebagai hukuman/balasan atas kesalahan yang pernah dilakukan. 2. Untuk menghapus dosa 3. Sebagai ujian/kesempatan untuk meningkatkan derajat/kemuliaan.

Nah kebayang ga sih lagi khusyuk-khusyuknya suatu ‘program ujian’ dijalankan oleh the Boss terhadap umatnya, trus tiba-tiba dengan ‘PD’ nya seorang parnom datang memberi ‘jalan keluar/contekan’ karena merasa kasihan. Weleh weleh… sapa elo ? memang mau nanggung akibatnya kalau ntar terjadi 'error' ? gitu kali sabda Tuhan kalo diterjemahkan dalam bahasa gaul :)

Oleh karena itu lah sang pengamat menekankan pentingnya suatu niat. Katanya, salah niat saja dari seorang sufi ketika ia menolong orang lain bisa merupakan dosa. Seorang sufi boleh menggunakan karamahnya untuk menolong orang yang sakit tetapi tentu saja harus atas seijin Allah. Dia tidak boleh ‘seenak jidatnya’ atau ‘ujug-ujug’ begitu saja menyembuhkan orang sakit tanpa permisi. Tapi dia harus berdoa or minta permisi dulu kepada Allah, misalnya, seperti berikut : “Ya Allah jika sakit ini adalah karena Engkau menghukum dia, Engkau lah Tuhannya yang berhak dan jika Engkau sedang menguji dia, karena memang Engkaulah yang berhak menguji dia. Tetapi aku manusia biasa yang tidak tega menyaksikan penderitaannya, maka cukupkanlah hukuman untuk dia, kalau itu adalah suatu hukuman. Tapi kalau itu adalah ujian, maka jangan Engkau berikan ujian yang dia tidak mampu menanggungnya”. Begitu katanya tata caranya. Selanjutnya sih so pasti lah terserah kepada Nya juga, mau dikabulkan apa engga harapan sang Sufi itu.

Itu tentang sufi yang di yakini dapat berkomunikasi langsung dengan Allah (sufi dengan taraf tertentu) dan karena kebersihan jiwanya ia diberi ‘karamah’ untuk menyembuhkan orang yang sakit atau melakukan hal lainnya yang ‘aneh-aneh’. Tidak semua parnom adalah seorang sufi. Bahkan mungkin sangat sedikit parnom yang sufi. Bahkan mungkin kita semua tahu bahwa ada juga orang yang sengaja belajar ilmu-ilmu ke paranormalan ntah dengan niat apa. Tapi ‘whatever’ dan ‘whoever’ lah sang parnom itu, ada satu hal penting, mendasar dan sekaligus ‘menghibur’ yang patut kita camkan dalam sanubari yaitu bahwa :

“Penderitaan adalah juga atas kehendak serta kasih sayangNya. Percayalah bahwa Ia juga Maha Adil lagi Maha Bijaksana. Ketika kita melewati semuanya niscaya ada keadilan didalamnya. Bisa jadi semua itu adalah akibat dari kesalahan kita sendiri sehingga kita harus menanggung akibatnya. Bisa jadi itu adalah penderitaan yang merupakan balasan yang setimpal yang patut kita terima karena dosa atau kesalahan yang pernah kita perbuat dulu, dan Insya Allah itu berarti bahwa dosa kita didunia dihapuskan. Atau Tuhan memberi ‘ujian’ atas keimanan kita sehingga ketika kita berhasil melewati semuanya, bersyukurlah karena Insya Allah derajat atau kemuliaan kita sebagai manusia telah naik ke ‘anak tangga’ berikutnya”.

Kalau dari pihak the parnomz aja ada permisi, tentu dari pihak si ‘pasien’ pun so do I kali ya? Alangkah bijaksananya kalo kita juga berdoa or minta permisi dengan prinsip yang sama. Kalau menurut Dia kita patut menerima ‘penderitaan’ itu dengan berbagai alasan seperti tersebut diatas ya mintalah supaya kita diberi kekuatan, ketabahan serta keikhlasan ketika menjalaninya. Tetapi kalau kita merasa tidak tahan/tidak sanggup maka berdoalah agar diberi jalan keluar atau diringankan dari penderitaan tersebut.

Kalau sudah begini… tentu kitapun akan berpikir panjang untuk “dikit dikit minta tolong, dikit dikit minta tolong” sama the parnomz. Tetapi tidak juga berarti kita berdiam diri saja sambil terus menerus berdoa agar semua cepat berlalu. Tuhan memerintahkan kita untuk tetap berusaha, berikhtiar tetapi tentunya dengan berpedoman pada akal sehat dan dunia kasat mata. Tuhan telah memberikan karunia yang begitu besar dengan memberi manusia akal budi.

Bahasan sang pengamat sufi memang terbatas pada masalah penyembuhan penyakit. Lalu gimana dengan masalah lain? Seperti pelet, susuk, santet dll dll yang juga melibatkan keahlian the parnomz. Sebetulnya coy.. itu mah ga usah terlalu pusing-pusing mikirnya. Sambil merem juga kita udah bisa berasa bahwa semua itu adalah yang sebenar-benarnya intervensi, atau intervensi terang-terangan atas program Nya. Niatnya saja sudah meragukan, bukan lagi atas dasar kasih sayang. Lain halnya kalau itu adalah usaha untuk melepaskan diri dari pengaruh-pengaruh/kekuatan negatif.

Jadi, pada intinya, musibah atau penderitaan yang dialami manusia adalah ‘program takdir’ yang memang harus dijalani manusia. Kalaupun manusia ingin keluar darinya maka gunakanlah akal sehat yang telah Ia karuniakan pada kita serta petunjuk untuk berdoa kepada Nya. Tanpa seijin Nya/ridhoNya, setiap usaha parnom untuk melepaskan diri dari keadaan tersebut bisa jadi merupakan ‘intervensi’ atas program yang telah direncanakanNya untuk kita. Sedangkan usaha yang berdasar pada akal sehat adalah merupakan usaha pemanfaatan serta pengembangan potensi akal sehat yang merupakan karuniaNya, dan hal itu juga berarti bahwa kita telah mensyukuri nikmatnya.
RISN

Suatu saat dalam perjalanan hidupku

P A S R A H

Ya Allah,

Ketika rasa sakit di batinku kurasakan kembali….
Ketika kepedihan semakin menghujam mendalam di hatiku….
Ketika aku merasa tidak lagi mampu membela diri….
Ketika aku hanya dapat merasakan
kepedihan dan kesakitan
mengalir bersama dengan darahku
menjalar ke seluruh pelosok tubuhku
menggerogoti setiap inci dagingku
aku hanya menyebut

ALLAHU AKBAR !
ALLAHU AKBAR !
ALLAHU AKBAR !

S E P E N U H H A T I K U

Hidupku adalah milikmu
Jiwa dan ragaku adalah milikmu
Aku adalah milikmu ya Allah !
Tiada pernah aku ragukan itu
Manakala aku bahagia
Manakala aku bangga
Manakala aku suka
Manakala aku duka
Manakala aku sengsara
Manakala aku teraniaya

Aku coba jalani semuanya dengan nama Allah
dan
p a s r a h

23 April 2002
RISN

Selasa, Februari 05, 2008

Hanya untukmu.. Tuhanku

kau begitu sempurna
di mataku kau begitu indah
kau membuat diriku
akan selalu memujamu

di setiap langkahku
ku kan selalu memikirkan dirimu
tak bisa ku bayangkan
hidupku tanpa cintamu

janganlah kau tinggalkan diriku
takkan mampu menghadapi semua
hanya bersamamu ku akan bisa

kau adalah darahku
kau adalah jantungku
kau adalah hidupku
lengkapi diriku
oh sayangku kau begitu
sempurna, sempurna

kau genggam tanganku
saat diriku lemah dan terjatuh
kau bisikkan kata
dan hapus semua sesalku

(Sempurna, Andra & the Backbone)

RISN