Minggu, Mei 18, 2008

HATI YANG LEMBUT, waspadalah...

Hati yang lembut adalah yang tanggap dan terbuka terhadap sekitarnya (Agus Mustofa, 2003).

Nabi Ibrahim dikenal sebagai nabi yang berhati paling lembut. Sayang tidak banyak cerita tentang kelembutannya ini kecuali saat beliau menyadarkan ayahnya untuk meninggalkan berhala dan menyembah Tuhan Yang Esa. Walau demikian beliau tetap menjualkan berhala buatan ayahnya seraya mengatakan pada pembeli bahwa patung itu tak beguna. Jelas lah sang ayah marah dan mengusirnya tapi nabi Ibrahim tetap bersikap lembut seiring kekukuhannya menyembah Tuhan yang Esa, senantiasa berusaha menyadarkan dan mendoakan ayahnya.

Agus Mustofa (buku Pusaran Energi Ka’bah), mengatakan bahwa hati menularkan getaran pada lingkungan sekitarnya (beresonansi), baik itu hati yang lembut atau hati yang kasar. Getaran yang bersumber dari hati yang lembut adalah getaran Ilahiah yaitu dorongan untuk mencapai tingkatan kualitas diri yang lebih tinggi. Getarnya cenderung lembut dan halus dengan frekuensi getaran yang sangat tinggi dan teratur. Termasuk kedalam getaran Ilahiah ini adalah membaca Firman Allah, dzikir, sifat sabar, ikhlas dan pasrah dalam beragama. Getar hati yang lembut memberikan rasa tenang dan tentram pada lingkungan sekitarnya.

Masih menurut Mustofa, getar kelembutan hati nabi Ibrahim masih bisa dirasakan hingga saat ini di dalam dan di sekitar ka’bah. Bagaimana tidak, bukankah energi itu tidak musnah? dan getaran menunjukkan adanya energi? Ka’bah dibangun dan digunakan setiap saat oleh nabi Ibrahim pada jamannya maka bisa dibayangkan seberapa besarkah getar positif telah terpancar disitu. Ditambah dengan getaran do’a dan sholat seluruh umat Islam (yang berkiblat ke ka’bah) maka tidak heran kalau hati terasa sangat tentram kala berada disana.

Namun jangan dikira bahwa hidup kemudian akan berjalan mulus oleh kelembutan hati. Saat hati menggerakkan rasa dan rasa terkait erat dengan emosi maka kita harus berhati-hati. Sangat mungkin pada ahirnya akal sehat terabaikan karena rasa mulai mendominasi keputusan dan perilaku. Kalau itu terjadi si lembut hati akan tenggelam dalam kehidupan yang dikuasai oleh perasaannya saja tanpa mampu mengendalikannya lagi.

Mungkin, itulah salah satu sebab mengapa justru kepada nabi Ibrahim 2 ujian keimanan yang begitu berat diberikan. Padahal beliau telah menunjukkan keimanan yang tinggi melalui keberaniannya menghancurkan patung berhala di seluruh kota tempat tinggalnya sampai ia dihukum bakar hidup-hidup.

Ujian berat yang pertama adalah saat Tuhan memerintahkan untuk meninggalkan istri dan anaknya yang masih kecil di padang tandus, kering dan gersang. Kedua, belum lama ia berjumpa kembali dengan anak dan istrinya, Tuhan mengujinya kembali lewat perintah menyembelih anaknya. Bayangkan.. Cobaan yang luar biasa berat, dan sangat terkait erat dengan kelembutan hati dan perasaan. Tapi.. yah namanya juga orang yang very very very special, tentu saja ia berhasil melewati semuanya dengan baik. Hati yang lembut telah ditempatkan sebagaimana mestinya olehnya, yaitu dibawah kekukuhan iman.

So.. hati yang lembut tetap lah waspada..

RISN

Tidak ada komentar: