Senin, Agustus 27, 2007

Dia tetap "Man of Value" sekalipun tanpa "Award"..

Siapa sih yang gak suka dapat penghargaan? Semua orang so pasti suka, karena penghargaan identik dengan prestasi/keberhasilan. Bahkan sedemikian berartinya sebuah keberhasilan kadang manusia jadi lupa akan arti sebuah proses. Akhirnya, gak penting lagi bagaimana cara seseorang mencapai sebuah keberhasilan, poko'e sing penting sukses, berhasil en tenar van beken hehe.. Hmm.. bisa jadi ini nih salah satu penyebab kenapa di tanah air kita ini banyak orang berhasil tanpa peduli proses pencapaiannya ;)

Tapi tunggu dulu.. Ada juga lho yang menolak sebuah penghargaan yang jelas-jelas menunjukkan sebuah prestasi dari sebuah proses yang panjang. Frans Magnis Suseno menolak pemberian penghargaan Achmad Bakrie atas pemikiran sosialnya selama ini. Itu berita penting 2 minggu lalu yang tersebar diberbagai media.

Menurut penilaian 'dewan juri', penghargaan diberikan karena ia adalah ilmuwan Indonesia yang paling gigih membahas banyak masalah bangsa ini dari sudut etika selama empat dasawarsa terakhir.


Etika bukanlah moral melainkan sebuah ilmu atau penelaahan kritis dan sistematis tentang ajaran moral, begitu katanya. Melalui etika, dapat dipahami secara mendasar mengapa dan bagaimana suatu ajaran moral terbentuk. Jadi etika itu bukan cuma sekedar membekali manusia agar bisa menilai dengan benar kebajikan yang tersimpan dalam suatu ajaran moral, tapi juga membuat manusia dapat menyibak kepalsuan yang mungkin ada dalam suatu ajaran moral. Dari permukaan keliatannya mulia, padahaall setelah di teliti lebih dalam ternyata cuma kamuflase belaka; dibentuk hanya untuk menutupi sesuatu.

Jadi, bagi etika yang penting bukan apakah seseorang mendukung kebaikan dan menentang keburukan, melainkan mengapa ia memilih untuk bersikap demikian. Ia menjadi lebih bertanggung jawab, bukan hanya sekedar ikut-ikutan secara membabi buta tanpa mengerti maknanya. Itu lah yang selama ini diperjuangkan oleh Franz ditanah air kita. Ya pantes la yaa.. kalo gitu mah .. :-) Kan secara sederhananya dia tuh mau supaya rakyat Indonesia lebih pinter dan kritis dalam menilai suatu ajaran moral, karena hal itu ternyata jadi biangnya banyak masalah di Indonesia :-s

Eeh, ternyataa.. beliau malah menolak penghargaan itu. Hmm mesti ada alasannya yang bisa beliau pertanggung jawabkan dong.. ;-)

Katanya, beliau tidak bisa menerima penghargaan itu mengingat sang pemberi penghargaan adalah Keluarga Bakrie, yang masih punya utang kasus lumpur Lapindo, yang sampai kini blum beres-beres. Kalau dia menerima, itu sama artinya dengan 'berkompromi' dengan keluarga Bakrie, yang sampai sekarang masih menyengsarakan sekelompok rakyat di tanah airnya sendiri.

Artinya, menurut aku nih yaa.. Ironis. Sang pemberi penghargaan (jelas orang yang sukses, terkenal van beken) belum menunjukkan sikap yang konsisten. Ia berusaha menunjukkan bahwa dirinya menilai tinggi suatu pemikiran sosial; pemikiran yang berpihak pada rakyat, sementara tindakannya masih bertentangan, dia malah menyengsarakan rakyat. Bahkan kalau di interpretasikan lebih jauh.. Awardnya itu jadi seperti sebuah kamuflase :(

Makanya.. Try not to become a man of success but rather try to become a man of value aja deh, begitu kata "quote" nya Albert Einstein.

Dari apa yang selama ini diperjuangkan, dari keberaniannya bersikap dan mempertahankan prinsip yang menurutnya benar, jelas Frans Magnis Suseno adalah "Man of Value". Ia manusia bernilai, lebih mulia, dan patut mendapat respek, sekalipun tanpa 'Award' ditangannya.

RISN

Tidak ada komentar: